BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Sejumlah petani di Lampung mulai meminati tanam padi organik. Bercocok-tanam padi organik dianggap mandiri dan sangat menguntungkan.
Hal itu terungkap dalam acara Temu Tani Pertanian Organik Lampung yang diadakan Ikatan Pelopor Pertanian Organik Lampung (IPPOL) dan Yayasan Bimbingan Mandiri (YABIMA) Indonesia di Kota Metro, Lampung, Rabu (30/1/2013).
Acara yang diikuti puluhan petani organik di Lampung ini, menghadirkan Hartoyo, akademisi dari Universitas Lampung, dan Sungkono dari STIBUN Lampung. Keduanya memberikan masukan dan informasi terkait masa depan dan peran organisasi tani dalam pengembangan pertanian organik di Lampung.
Taryoto, petani dari dari Way Areng, Kabupaten Lampung Timur, menjelaskan, keuntungan menanam padi organik antara lain biaya produksi yang ringan karena pupuk bisa dibuat secara mandiri oleh petani.
"Selain itu, nilai atau harga jual padi organik di pasaran juga tinggi. Kemarin, pada musim sebelum ini, gabah saya untuk varietas Pandanwangi dihargai Rp. 9.000 per kilogram. Gabah biasa harganya Rp. 6.300 per kg," ujar Taryoto, seperti tertulis di dalam siaran pers IPOL.
Melalui acara temu tani ini, Taryoto dan peserta lainnya berharap ada upaya bersama untuk meningkatkan mutu dan kualitas padi organik yang dihasilkan.
Sugianto dari Yabima mengatakan, kegiatan temu tani itu bertujuan untuk menyatukan komitmen petani padi untuk menanam padi organik pada musim ini. "Hasilnya, seluas 10 hektar lahan sawah akan ditanam padi organik pada musim ini," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.