BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com -- Kematian petinju muda asal Lampung, Tubagus Setia Sakti (17), menjadi pelajaran bersama akan pentingnya sistem pembinaan dan pemantauan atlet di daerah, khususnya cabang olahraga tinju. Kasus tewasnya Tubagus dijadikan upaya perbaikan sistem pembinaan tinju di daerah, khususnya yang menyasar atlet-atlet muda potensial.
"Kasus ini menjadi pelajaran bagi kita bersama. Ke depan, kami akan membuat klub tinju bekerja sama dengan Pertina Lampung dan untuk mendata bakat-bakat potensial di daerah. Sehingga, tidak asal comot. Terus terang, pendataan dan pemantauan atlet-atlet potensial di daerah masih sangat kurang saat ini," tutur Kepala Seksi Pembinaan Olahraga Masyarakat Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung Sunaryo, Kamis (31/1/2013).
Mantan atlet sepak takraw ini pun meminta KONI agar turut mendorong diadakannya event-event skala nasional di Lampung untuk merangasang atlet tinju di daerah berprestasi. "Event-event ini perlu dibuat rutin agar atlet bergairah," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Tinju Amatir (Pertina) Lampung Yustianingsih menyayangkan tewasnya Tubagus di atas ring tinju profesional. Sebagai mantan petinju amatir, pengurus Pertina, dan juga wasit, Yustianingsih tidak mengetahui rekam jejak dan kondisi Tubagus semasa hidup. Ini terjadi karena Tubagus tidak menapaki karirnya di tinju amatir seperti idealnya dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.