20 Oktober 2012

10/20 KOMPAStekno - Telecom

     
    KOMPAStekno - Telecom    
   
Telkom-3 Gagal Orbit, Telkom Siapkan Satelit Pengganti
October 19, 2012 at 5:18 AM
 

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah satelit Telkom-3 gagal mengorbit dan tak dapat digunakan lagi, PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) akan tetap meluncurkan satelit pengganti Telkom-3. Namun, untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek, Telkom bakal menyewa satelit.

Complaine Risk Management Telkom Ririk Ardiansyah mengatakan, pihaknya sedang mempertimbangkan untuk menyewa satelit atau membuat satelit baru. "Butuh 4 juta dollar AS untuk sewa satelit dalam jangka waktu 90 hari," katanya usai Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Kamis (18/10/2012).

Telkom telah mengasuransikan sepenuhnya Satelit Telkom-3. PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) sebagai penjamin, siap membayar dana klaim asuransi tersebut.

Berdasarkan data yang dipaparkan Telkom kepada Komisi VI DPR, Telkom dan Jasindo telah mengeluarkan rilis kesepakatan, dan dana asuransi itu keluar selambat-lambatnya pada pertengahan November 2012.

Ririk menambahkan, satelit Telkom-1 secara operasional bisa digunakan sampai 2016, sedangkan Telkom-2 sampai 2020.

Sebelumnya, Direktur Utama Arief Yahya mengatakan kepada KompasTekno, bahwa Telkom tetap harus membuat satelit Telkom-3 demi keamanan nasional. "Bangsa ini butuh keamanan nasional. Militer dan finansial harus kita sendiri yang pegang," tegasnya.

Perlu waktu 2 tahun untuk memanufaktur satelit. Sementara, waktu yang dibutuhkan untuk mendesainnya lebih kurang 6 bulan. "Kalau Telkom menggunakan pemanufaktur yang sama, maka hanya perlu waktu 2 tahun. Sebab, tidak butuh waktu lagi untuk mendesainnya," jelas Arief.

Satelit Telkom-3 gagal mengorbit setelah diluncurkan dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan, 7 Agustus 2012. Kala itu, Telkom menggandeng perusahaan kontraktor satelit ISS Reshetnev asal Rusia. Biaya pembuatan hingga peluncuran Satelit Telkom-3 ini membutuhkan dana 200 juta dollar AS (sekitar Rp 1,9 triliun).

Satelit Telkom-3 memiliki kapasitas 42 transponder, yang terdiri dari 24 transponder Standard C-band 36MHz, 8 transponder Extended C-band 54MHz bandwidth, 4 transponder KU-band 36MHz bandwidth, dan 6 transponder KU-band 54MHz bandwidth.

Cakupan geografis Standard C-band adalah Indonesia dan negara Asia Tenggara lain, Extended C-band mencakup Indonesia dan Malaysia, dan KU-band mencakup seluruh Indonesia.

   
   
Anggota DPR Nilai Telkomsel Arogan
October 19, 2012 at 3:31 AM
 

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi VI DPR dari Partai Demokrat Imran Muchtar menilai PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) arogan dalam menjalankan bisnis dengan PT Prima Jaya Informatika, yang akhir menggugat pailit Telkomsel. Muchtar meminta direksi baru Telkomsel bertanggung jawab.

"Kalau kita punya utang, ya utang itu harus dibayar. Ini sangat memalukan untuk perusahaan sebesar Telkomsel, seakan direksi baru membiarkan hal ini," kata Imran saat Rapat Dengar Pendapat antara Komisi VI. DPR dengan Kementerian BUMN, Telkom, dan Telkomsel, Kamis (18/10/2012).

Ia meminta direksi baru bertanggung jawab, dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus mengawasi ketat.

Seperti diketahui, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutus pailit Telkomsel pada 14 September 2012 atas permohonan Prima Jaya yang menuduh Telkomsel memiliki utang yang telah jatuh tempo sebesar Rp 5,260 miliar. Untuk mendukung permohonannya, Prima Jaya mengajak PT Extend Media Indonesia mengajukan permohonan yang sama.

Telkomsel Anggap Sudah Benar

Direktur Utama Telkomsel Alex Sinaga, punya alasan sendiri menghentikan operasional pembelian pemesanan dari PT Prima Jaya Informatika, dan menganggap langkah ini adalah benar..

Menurut Alex, Prima Jaya tidak membayar pesanan pembelian pada Mei 2012 sebesar Rp 4,8 miliar untuk kartu perdana dan voucher isi ulang Prima. Tanggal 20 dan 21 Juni 2012, Prima Jaya melakukan pesanan pembelian lagi, namun pesanan bulan Mei belum dibayarkan.

Dalam prosedur sistem manajemen kartu Telkomsel, pesanan pembelian dari Prima Jaya harus dihentikan karena belum membayar pesanan bulan Mei. "Dalam surat perjanjian kerjasama juga menyatakan demikian, pesanan harus dihentikan," tutur Alex.

Selain itu, lanjut Alex, Prima Jaya juga tak mampu mencapai target penjualan. Dalam perjanjian kerjasama, Telkomsel menargetkan Prima Jaya dapat menjual 10 juta kartu perdana Prima dalam jangka waktu setahun, dan menjual 120 juta voucher Prima dalam waktu setahun. Namun, Prima Jaya tak dapat memenuhi target tersebut.

Per Juni 2012, menurut data Telkomsel, PT Prima Jaya Informatika hanya mampu menjual 525.000 kartu perdana dan 1.924.235 voucer isi ulang.

Bukan Soal Ganti Direksi

"Ini bukan masalah direksi baru atau lama. Siapapun direksinya pasti menghentikan pesanan pembelian karena beginilah prosedurnya. Justru kalau tidak dihentikan maka saya melanggar peraturan," ucap Alex.

Telkomsel meraih pendapatan perusahaan sebesar Rp 48,73 triliun pada 2011, dengan laba bersih Rp 12,8 triliun.

Pendapatan Telkomsel ini memberi kontribusi pendapatan untuk Telkom sebesar 68,39% untuk Telkom, di mana Telkom sendiri meraup pendapatan Rp 71,25 triliun tahun 2011.

   
     
 
This email was sent to reignerz.testblog@blogger.com.
Delivered by Feed My Inbox
PO Box 682532 Franklin, TN 37068
Create Account
Unsubscribe Here Feed My Inbox
 
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.