JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menjelaskan nilai tukar rupiah di level Rp 9.600 - Rp 9.800 per dollar AS dinilai masih aman. Level ini masih aman baik di sisi eksportir maupun importir.
"Nilai tukar rupiah saat ini masih aman. Diperkirakan di semester I-2013 ini rupiah masih akan bergerak di level itu. Ini masih aman," kata Destry di Jakarta, Rabu (27/2/2013).
Destry menegaskan pelemahan nilai tukar rupiah ini disebabkan karena masalah fundamental yaitu kinerja ekspor belum membaik dan permintaan dollar AS di pasar cenderung lebih tinggi dari penawaran.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) kini sudah memiliki cadangan dollar AS lebih banyak. Namun karena rupiah terus melemah, bank sentral terus menggelontorkan dollar AS ke pasar.
"Dalam sebulan lalu, cadangan devisa BI habis 4 miliar dollar AS untuk stabilisasi rupiah," tambahnya.
Namun penggelontoran cadangan devisa yang mencapai 4 miliar dollar AS ini bukan hanya untuk stabilisasi rupiah saja, tapi juga untuk pembayaran importir dan pembayaran utang swasta.
Sebenarnya, sebut dia, untuk menaikkan nilai tukar rupiah ini cukup gampang yaitu menaikkan suku bunga acuan. Imbasnya, aliran dana asing akan semakin banyak masuk ke dalam negeri dan Indonesia tidak akan kekurangan dollar AS. Namun untuk melakukan itu tentu ada dampaknya yaitu tidak bagus bagi perekonomian nasional.
Padahal, kata Destry, pemerintah harus menjaga keseimbangan dari sisi fiskal maupun sektor riilnya.
"Untuk itulah pemerintah melakukan hilirisasi. Sehingga kita tidak akan banyak tergantung dari impor," tambahnya.
Meski rupiah melemah, perekonomian dalam negeri masih tertolong dengan arus dana asing masuk (capital inflow) dan foreign direct investment. Kondisi ini disebabkan karena perekonomian China dan India yang diharapkan bisa menopang pertumbuhan ekonomi di negera berkembang masih belum naik signifikan.
Sehingga arus dana asing masih berpeluang masuk ke dalam negeri. Imbasnya, nilai tukar rupiah diharapkan tidak akan tertekan lagi dan masih stabil di level saat ini.
Editor :
Erlangga Djumena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.