JAKARTA, KOMPAS.com - Ine Irawati, ibunda Andika, pelaku tabrakan maut di Ampera, mewakili pihak keluarga menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban dan seluruh pihak-pihak yang merasa dirugikan akibat ulah anaknya.
"Mohon maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban, semoga keluarga korban diberi ketabahan (bagi yang meninggal) serta semoga cepat sembuh (bagi yang menderita luka-luka). Bagi masyarakat Indonesia, maaf sedalam-dalamnya," ujar Ine dalam Konferensi Pers di Villa Jaga, RS Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (29/12/12).
Dalam kesempatan itu, keluarga juga meluruskan informasi latar belakang Andika. Ine mengatakan bahwa Andika adalah anak yang patuh dan selalu izin ketika akan keluar rumah.
"Dika izin mau ke Kemang dan dia selalu izin jika ingin keluar rumah. Malam itu dia izin akan keluar dengan temannya dari Australia " kata Ine. Andika Pradita diketahui pada sekitar Rabu (26/12/2012) ingin bertemu dengan temannya yang berasal dari Australia, Christian.
Dari Christian-lah, Andika dikenalkan dengan Hwancheol, WN Korea yang akhirnya ikut beserta Andika dalam kecelakaan tragis di Jl Ampera Raya, Ragunan,Jakarta Selatan tersebut.
Selain itu, menurut Ine, Andika adalah tipe anak yang tidak bermasalah dan memiliki banyak teman serta menyesalkan ada pihak yang mengatakan bahwa anaknya antisosial.
"Dalam kesehariannya Dika tidak bermasalah dan berteman banyak," jelas Ine.
Andika Pradita, tersangka kasus kecelakaan maut yang terjadi di Jl Ampera Raya, Kamis (27/12/12), merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Syamsudin Harahap dan Ine Irawati.
Andika diketahui berprofesi sebagai wiraswasta bidang penyewaan mobil. Namun saat kejadian, Andika sedang mengendarai mobil milik ayahnya, Nissan Grand Livina dengan plat B 1796 KFL.
Ayah dari Andika, Syamsudin Harahap, tidak hadir dalam konferensi pers di Sabtu malam tersebut.
Lebih lanjut, Ine mengatakan bahwa Andika saat ini masih mengalami shock berat akibat insiden tersebut dan masih membutuhkan penanganan yang intensif, dan sebagai ibu, dia berkewajiban memberikan dorongan moril terhadap anak sulungnya tersebut.
"Dika masih sakit, trauma dan perlu dorongan moril. Saat ini melihat kerumunan orang saja dia takut. Saya juga dalam beberapa hari ini tidak berani untuk membaca berita," ungkap Ine.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.